Rabu, 23 April 2014

Studi Kasus Bab 6

Pada 4 Desember 1976 inisiator Gerakan Aceh Merdeka Hasan di Tiro dan beberapa pengikutnya mengeluarkan pernyataan perlawanan terhadap pemerintah RI yang dilangsungkan di perbukitan Halimon di kawasan Kabupaten Pidie. Diawal masa berdirinya GAM nama resmi yang digunakan adalah AM, Aceh Merdeka. Oleh pemerintah RI pada periode 1980-1990 nama gerakan tersebut dikatakan dengan GPK-AM. Perlawanan represif bersenjata gerakan tersebut mendapat sambutan keras dari pemerintah pusat RI yang akhirnya menggelar sebuah operasi militer di Provinsi Daerah Istimewa Aceh yang dikenal dengan DOM (Daerah Operasi Militer) pada paruh akhir 80-an sampai dengan penghujung 90-an, operasi tersebut telah membuat para aktivis AM terpaksa melanjutkan perjuangannya dari daerah pengasingan. Disaat rezim Orde Baru berakhir dan reformasi dilangsungkan di Indonesia, seiring dengan itu pula Gerakan Aceh Merdeka kembali eksis dan menggunakan nama GAM sebagai identitas organisasinya.
Konflik antara pemerintah RI dengan GAM terus berlangsung hingga pemerintah menerapkan status Darurat Militer di Aceh pada tahun 2003, setelah melalui beberapa proses dialogis yang gagal mencapai solusi kata sepakat antara pemerintah RI dengan aktivis GAM. Konflik tersebut sedikit banyak telah menekan aktivitas bersenjata yang dilakukan oleh GAM, banyak di antara aktivis GAM yang melarikan diri ke luar daerah Aceh dan luar negeri. Bencana alam gempa bumi dan tsunami pada 26 Desember 2004 telah memaksa pihak-pihak yang bertikai untuk kembali ke meja perundingan atas inisiasi dan mediasi oleh pihak internasional.
Pada 27 Februari 2005, pihak GAM dan pemerintah RI memulai tahap perundingan di Vantaa, Finlandia. Mantan presiden Finlandia Marti Ahtisaari berperan sebagai fasilitator.
Pada 17 Juli 2005, setelah perundingan selama 25 hari, tim perunding Indonesia berhasil mencapai kesepakatan damai dengan GAM di Vantaa, Helsinki, Finlandia. Penandatanganan nota kesepakatan damai dilangsungkan pada 15 Agustus 2005. Proses perdamaian selanjutnya dipantau oleh sebuah tim yang bernama Aceh Monitoring Mission (AMM) yang beranggotakan lima negara ASEAN dan beberapa negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Di antara poin pentingnya adalah bahwa pemerintah Indonesia akan turut memfasilitasi pembentukan partai politik lokal di Aceh dan pemberian amnesti bagi anggota GAM.
Meski, perdamaian tersebut, sejatinya sampai sekarang masih menyisakan persoalan yang belum menemukan jalan keluar. Misal saja berkait dengan Tapol/Napol Aceh yang masih berada di penjara Cipinang, Jakarta seperti Ismuhadi, dkk. Selain juga persoalan kesejahteraan mantan prajurit kombatan GAM yang cenderung hanya dinikmati oleh segelintir elit.

Seluruh senjata GAM yang mencapai 840 pucuk selesai diserahkan kepada AMM pada 19 Desember 2005. Kemudian pada 27 Desember, GAM melalui juru bicara militernya,Sofyan Dawood, menyatakan bahwa sayap militer mereka telah dibubarkan secara formal.

Pembahasan :
Gerakan Aceh Merdeka merupakan  informal grup karena dibentuk atas dasar kesepakatan dan tidak memiliki aturan yang mengikat. 
1)      Interest group karena adanya minat yang sama dari beberapa orang yang ingin memerdekakan Aceh dan melepaskan diri dari Indonesia.
GAM merupakan indetitas kelompok mereka yang ingin menuntut keadilan dari Pemerintah
tidak ada banyak aturan(norm) yang berlaku di dalam GAM, karena mereka yang tergabung GAM nantinya akan didoktrin dan dilatih kembali asalkan pada dasarnya mereka ingin membebaskan aceh dari Republik Indonesia
peranan mereka (role) jelas adalah untuk secara konsisten menentang Pemerintah RI dan membebaskan diri dari RI karena merasa tidak mendapat perlakuan yang adil. Masih belum ada kedudukan (status)yang jelas dan kabinet yang jelas didalam GAM. Hasan Tiro adalah pemimpin GAM dan yang mempelopori terbentuknya GAM. 
Untuk size dari GAM sendiri masih dikatakan kelompok kecil karena mereka berkmpul sembunyi-sembunyi dan masih jarang oang yang mau bergabung dengan GAM.
Cohezivness atau keakraban dari anggota GAM cukup solid dan akrab karena mereka berhasil mempetahankan kelompok mereka selama puluhan tahun walaupun akirnya berhasil dibubarkan.

Rangkuman Foundation of Group Behavior (BAB 6)

BAB 6
Foundation of Group Behavior
Defining and Classifying Groups
Groups adalah kumpulan dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling bergantung, serta memiliki tujuan yang sama. Jenis Groups dibagi menjadi dua yaitu:
·         Formal : group yang memiliki struktur dan aturan yang mengikat. Contohnya, sebuah perusahaan yang besar sudah memiliki tingkat jabatan dan aturan yang mengikat. Macam groups formal dibagi menjadi dua yaitu:
1)      Command group: kelompok yang terbentuk untuk mempertanggung jawabkan pekerjaannya kepada manajer. Contohnya, departemen produksi dan operasional.
2)      Task group: kelompok yang terbentuk untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu dan sifatnya sementara, setelah tugas selesai maka kelompok ini dapat dibubarkan. Contohnya, panitia lomba 17 Agustus, setelah lomba selesai maka panitia dibubarkan. 
·         Informal : group yang dibentuk atas dasar kesepakatan dan tidak memiliki aturan yang mengikat. Contohnya, perkumpulan para pegawai bagian HRD di suatu perusahaan yang selalu melakukan kumpul-kumpul selama jam makan siang.
1)      Interest group: kelompok yang terbentuk karena adanya minat yang sama. Contohnya, sekelompok orang yang menyukai anime Jepang yang membuat suatu perkumpulan.
2)      Friendship group: kelompok yang terbentuk karena adanya karakteristik yang sama. Contohnya, perkumpulan mahasiswa yang berasal dari Sumatera.
Suatu kelompok formal dapat menjadi kelompok informal begitu juga sebaliknya. Kelompok formal dapat menjadi kelompok informal saat ada bagian dari kelompoknya yang membentuk perkumpulan informal sendiri. Sedangkan kelompok informal dapat menjadi kelompok formal saat kelompok tersebut menetukan syarat menjadi anggota dan memiliki struktur kelompok.
Why People Join Group?
·         Security : untuk mendapatkan keamanan fisik dan psikis.
·         Status : agar dikenal sebagai bagian dari kelompok.
·         Self-esteem : agar dihargai oleh orang-orang disekitarnya.
·         Affiliation / Proximity : adanya rasa kebersamaan dan kedekatan diantara anggota.
·         Power : untuk mendapatkan kekuatan.
·         Goal achievement : untuk mendapatkan kepuasan atau tujuan tertentu.
The Five-Stage Model of Group Development 
 Tahapan pembentukan kelompok adalah:
·         Prestage I : terdiri dari orang-orang yang memiliki tujuan tetapi masih berbeda-beda.
·         Forming : kumpulan orang-orang tersebut sudah mulai ada batasannya tetapi belum terbentuk kelompok.
·         Storming : mulai terjadi kegaduhan untuk menentukan tujuan dari kelompok.
·         Norming : terjadi pemusatan aturan, terbentuk kelompok informal.
·         Performing : ada pembagian peran, pengukuran kinerja, dan mulai stabil, sudah terbentuk kelompok yang formal.
·         Adjourning : penyesuaian yang terjadi karena situasi yang berganti, kelompok bisa pecah atau semakin mantap.

Group Properties
1.      Role merupakan peran dan perilaku individu yang diharapkan kelompok.
·         Role Identity: Sikap dan perilaku yang konsisten dengan peran tertentu.
·         Role Perception: Pandangan individu tentang bagaimana dia seharusnya bertindak dalam situasi tertentu.
·         Role Expectations: Pandangan individu tentang bagaimana dia seharusnya bertindak dalam situasi tertentu.
·         Psychological Contract: Sebuah perjanjian tidak tertulis yang menetapkan apa yang manajemen harapkan dari karyawan dan sebaliknya.
·         Role Conflict: Sebuah situasi di mana seorang individu dihadapkan oleh harapan peran yang berbeda.

2.      Norm adalah standar yang berlaku sesuai alokasi sumber daya.
Classes of Norms:
-          Performance norms
-          Appearance norms
-          Social arrangement norms
-          Allocation of resources norms
·         Conformity: Menyesuaikan perilaku seseorang untuk menyelaraskan dengan norma-norma kelompok.
·         Reference Group:  Kelompok penting  yang norma-norma ditaati oleh individu.
·         Deviant Workplace Behavior:  Tindakan antisosial oleh anggota organisasi yang sengaja melanggar norma-norma dan mengakibatkan konsekuensi negatif bagi organisasi, anggotanya, atau keduanya.
3.      Status adalah sebuah posisi atau peringkat yang diberikan kepada kelompok atau anggota kelompok oleh orang lain.
 


4.      Size merupakan ukuran seberapa besar kelompok. Kelompok yang besar memiliki tingkat perhatian terhadap anggotanya rendah dan hasil kerja yang dihasilkan akan ikut rendah.
·         Social Loafing: Kecenderungan bagi individu untuk mengeluarkan sedikit usaha ketika bekerja secara kolektif daripada ketika bekerja secara individual.
5.      Composition adalah jenis individu yang menjadi anggota kelompok.
·         Group Demography: Tingkat dimana anggota kelompok memiliki berbagai macam atribut umum demografi, seperti usia, jenis kelamin, ras, tingkat pendidikan, atau masa kerja dalam organisasi, yang memiliki dampak terhadap omset.
·         Cohorts: Individu yang merupakan bagian dari kelompok, dan mengadakan atribut umum.
6.      Cohesiveness adalah sejauh mana anggota kelompok akrab satu sama lain dan termotivasi untuk tinggal dalam kelompok.
Cara meningkatkan kohesivitas kelompok:
·         Membuat kelompok yang lebih kecil.
·         Mendorong perjanjian dengan tujuan kelompok.
·         Meningkatan waktu yang dihabiskan bersama-sama.
·         Meningkatkan Status grup dan penyeleksian anggota.
·         Merangsang persaingan dengan kelompok lain.
·         Memberikan reward kepada kelompok, bukan individu.
·         Secara fisik mengisolasi kelompok.


Relationship Between Group Cohesiveness, Performance Norms and Productivity

  


·         Tingkat kohesivitas tinggi, performa tinggi, mana produktivitas tinggi. Pada posisi ini pegawai akan merasa nyaman dengan kelompoknya dan tidak ada praduga.
Contoh: perusahaan yang memiliki banyak kesamaan seperti etnis, agama, daerah asal, serta memiliki aturan yang adil dan ditaati, maka pegawainya akan merasa nyaman bekerja di sana.
·         Tingkat kohesivitas tinggi, performa rendah, maka produktivitas rendah. Pada posisi ini pegawai akan merasa tidak nyaman dengan kelompoknya dan ada rasa iri antar anggota.
Contoh: perusahaan yang terdiri dari pegawai yang memiliki persamaan, tetapi memiliki aturan yang tidak ditaati, maka pegawai akan merasa tidak nyaman, karena terjadi rasa iri antara pegawai.
·         Tingkat kohesivitas rendah, performa tinggi, maka produktivitas tinggi. Pada posisi ini pegawai akan merasa dihargai kinerjanya.
Contoh: perusahaan yang terdiri dari pegawai yang beragam, tetapi memiliki aturan yang adil dan ditaati, dan penilaian berdasarkan kinerja. Maka tingkat produktivitas pegawai akan tinggi karena merasa dihargai.
·         Tingkat kohesivitas rendah, performa rendah, maka produktivitas rendah. Pada posisi ini pegawai akan merasa tidak nyaman karena tidak ada aturan yang jelas.
Contoh: perusahaan yang terdiri dari pegawai yang beragam, tetapi memiliki aturan yang tidak ditaati, maka pegawai perusahaan tersebut akan merasa tidak nyaman yang mengakibatkan produkivitas rendah.


Group Decisions Making
·         Grup besar memfasilitasi penyatuan informasi tentang tugas-tugas kompleks.
Kelebihannya: Informasi lebih lengkap , Peningkatan keragaman pandangan , Tingginya kualitas keputusan (akurasi tinggi) , Peningkatan penerimaan solusi.
Kekurangannya: Lebih memakan waktu (lebih lambat) , Tekanan yang meningkat untuk menyesuaikan , Dominasi oleh satu atau beberapa anggota , Tanggung jawab ambigu
·         Kelompok-kelompok kecil yang lebih cocok untuk mengkoordinasi dan memfasilitasi pelaksanaan tugas-tugas kompleks.
·         Sederhana, untuk tugas-tugas rutin dan standar, meningkatkan efektivitas.

Group Decision-Making Techniques
·         Interacting Groups adalah kelompok yang khusus dimana setiap anggotanya berinteraksi satu sama lain face to face.
·         Nominal Groups Technique adalah sebuah metode pengambilan keputusan kelompok di mana masing-masing anggota bertemu tatap muka.
·         Brainstorming adalah sebuah proses pencarian ide dengan mengeluarkan semua ide yang ada pada setiap individu.
·         Electronic meeting adalah sebuah pertemuan yang menggunakan media elektronik, sehingga terjadi sedikit interaksi antar anggota. 


 




Rabu, 02 April 2014

STUDI KASUS BAB 4

PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN KERJA TEHADAP KINERJA 
PEGAWAI


Penerimaan pajak mempunyai potensi pemasukan dana yang paling
potensial bagi negara, karena besarnya pertumbuhan pajak seiring dengan laju
pertambahan peduduk, perekonomian dan stabilitas politik. Usaha awal
pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak adalah dengan sistem
perpajakan yang ditandai dengan melakukan perubahan perundang-undangan
di bidang perpajakan yang telah ada.
Direktorat Jenderal Pajak sebagai bagian dari Departemen Keuangan
merupakan lembaga pemerintah yang mendapat tugas untuk melaksanakan
sebagian tugas pokok departemen Keuangan di bidang penerimaan negara yang
berasal dari pajak sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan Menteri
Keuangan Republik Indonesia dan berdasarkan peraturan perundang-undangan

Sesuai dengan pasal 3 Undang- Undang NO.8 tahun 1974 bahwa
kedudukan pegawai negeri adalah unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi
masyarakat yang penuh ketaatan dan kesetiaan pada Pancasila, UUD 1945,
negara dan pemerintah menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan.
Untuk melaksanakan tugas sebagai aparatur negara, seyogyanya memiliki etos
kerja yang tidak mengarah kepada kepentingan pribadi dan golongan. Kekuatan
yang dinamik yang dapat mendorong seseorang untuk berprestasi sering


disebut sebagai motivasi.

Motivasi dan disiplin kerja serta produktivitas kerja pegawai negeri di
lingkungan Direktorat Pemeriksaan Pajak, dipengaruhi oleh faktor sosiologis dan
faktor psikologis. Faktor sosiologis berkenaan hubungannya dengan sosial yaitu
antara pegawai negeri dalam organisasinya maupun dalam lingkungan
masyarakat.
Adapun rangsangan agar termotivasi yang diberikan oleh Kantor
Pelayanan Pajak adalah dengan memberikan tunjangan yang besarnya 
tergantung dari tingkat dan golongan pegawai, tunjangan ini disebut TKT 
(Tunjangan Kegiatan Tambahan). Selain TKT, motivasi yang diberikan adalah 
kemungkinan promosi ke posisi yang lebih tinggi, tentunya apabila dianggap 
pantas untuk mendapatkan promosi tersebut. 
Sedangkan disiplin yang diterapkan di kantor pajak adalah, masuk dan 
pulang kerja yang lebih diperketat, tidak ada lagi titip absen pada teman. Hal ini 
karena sistem absen sudah menggunakan sidik jari.

Analisa:
1. Motivasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja 
karyawan 
2. Disiplin Kerja tidak mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap 
kinerja karyawan. 
3. Motivasi dan disiplin Kerja secara bersama sama secara silmutan 
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.